Bedah Invasif Minimal Kurangi Komplikasi

Bedah jantung invasif minimal mengurangi komplikasi setelah operasi. Selain itu, metode tersebut dapat menekan hambatan psikologis pasien. Hal itu terungkap dalam simposium ”Continuing Medical Education of Cardiothoracic and Vascular Surgery Minimally Invasive and Pitfalls in Common Practice of Cardiothoracic and Vascular Surgery” di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita di Jakarta, Senin (22/11). Pada kesempatan itu juga diadakan demonstrasi langsung bedah invasif minimal terhadap seorang pasien berusia 51 tahun.

Kepala UPF Bedah Jantung RSJPD Harapan Kita Maizul Anwar mengatakan, bedah jantung invasif minimal merupakan metode yang memungkinkan dokter mengoperasi tanpa membuka rongga dada pasien
Dalam operasi jantung konvensional, dokter membuat sayatan sepanjang 15 cm di tengah tulang dada pasien, sedangkan invasif minimal hanya sekitar 5 cm ke bagian samping dari dada sehingga tidak terlalu sakit. Lewat lubang dimasukkan alat operasi dan kamera. Situasi bagian dalam tubuh pasien ditampilkan lewat layar monitor, sedangkan operasi dilakukan manual.

Dengan bedah invasif minimal komplikasi dapat diminimalkan. Salah satu pembicara, Stephan Jacobs, selaku konsultan bedah jantung Zurich University Hospital mengatakan, dengan sayatan kecil, infeksi pada tulang dada secara dramatik berkurang, rasa sakit juga berkurang, dan penyembuhan lebih cepat sehingga masa tinggal di rumah sakit berkurang 2-3 hari dibanding bedah konvensional. Akibatnya, biaya juga berkurang
 ”Dalam waktu dua hingga tiga jam mereka sudah bangun kembali. Infeksi pada tulang dada juga bisa dihindari,” ujarnya
Direktur Pelayanan RSJPD Harapan Kita Ulfah Rahajoe mengatakan, jenis kasus yang bisa ditangani sangat bergantung pada pengalaman dokter bedah jantung bersangkutan. (INE)

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.