Wanita Dalam Kasus Euthanasia Di Korea Selatan Meninggal Dunia


Para pejabat medis di Korea Selatan mengatakan, wanita umur 77 tahun yang mengalami mati otak, telah meninggal dunia, setelah lebih dari 200 hari ditanggalkan dari alat bantu hidup. Ini adalah kasus pertama euthanasia secara hukum. 
Tim dokter di RS Severance di Seoul mengatakan, wanita yang hanya dipanggil Kim itu, dinyatakan tutup usia Ahad sore, 202 hari setelah sebuah perintah pengadilan memaksa para dokter untuk mencabutnya dari respirator.
Dia terus bernafas sendiri sejak bulan Juni tahun lalu, dan terus menerima nutrisi. 
Mahkamah Agung Korea Selatan Juni lalu menegakkan keputusan peradilan lebih rendah, yang membenarkan tim dokter menanggalkan alat bantu hidup bagi seorang pasien yang berada dalam keadaan koma permanen.
Menurut peradilan, perawatan medis terus-menerus terhadap pasien seperti Kim berpotensi merusak harga dirinya sebagai manusia./VOA


Bedah Invasif Minimal Kurangi Komplikasi

Bedah jantung invasif minimal mengurangi komplikasi setelah operasi. Selain itu, metode tersebut dapat menekan hambatan psikologis pasien. Hal itu terungkap dalam simposium ”Continuing Medical Education of Cardiothoracic and Vascular Surgery Minimally Invasive and Pitfalls in Common Practice of Cardiothoracic and Vascular Surgery” di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita di Jakarta, Senin (22/11). Pada kesempatan itu juga diadakan demonstrasi langsung bedah invasif minimal terhadap seorang pasien berusia 51 tahun.

Kepala UPF Bedah Jantung RSJPD Harapan Kita Maizul Anwar mengatakan, bedah jantung invasif minimal merupakan metode yang memungkinkan dokter mengoperasi tanpa membuka rongga dada pasien
Dalam operasi jantung konvensional, dokter membuat sayatan sepanjang 15 cm di tengah tulang dada pasien, sedangkan invasif minimal hanya sekitar 5 cm ke bagian samping dari dada sehingga tidak terlalu sakit. Lewat lubang dimasukkan alat operasi dan kamera. Situasi bagian dalam tubuh pasien ditampilkan lewat layar monitor, sedangkan operasi dilakukan manual.

Dengan bedah invasif minimal komplikasi dapat diminimalkan. Salah satu pembicara, Stephan Jacobs, selaku konsultan bedah jantung Zurich University Hospital mengatakan, dengan sayatan kecil, infeksi pada tulang dada secara dramatik berkurang, rasa sakit juga berkurang, dan penyembuhan lebih cepat sehingga masa tinggal di rumah sakit berkurang 2-3 hari dibanding bedah konvensional. Akibatnya, biaya juga berkurang
 ”Dalam waktu dua hingga tiga jam mereka sudah bangun kembali. Infeksi pada tulang dada juga bisa dihindari,” ujarnya
Direktur Pelayanan RSJPD Harapan Kita Ulfah Rahajoe mengatakan, jenis kasus yang bisa ditangani sangat bergantung pada pengalaman dokter bedah jantung bersangkutan. (INE)

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.